Mineral Langka Perjanjian Dagang
Mineral Langka Perjanjian Dagang

Mineral Langka Perjanjian Dagang Tidak Selesai Dengan Reduksi Tarif

JAKARTA – Setelah negosiasi yang alot dan memanas, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akhirnya mencapai kesepakatan perdagangan baru yang menawarkan jeda dari perang tarif yang telah berlangsung lama. Inti dari perjanjian ini adalah pemangkasan tarif timbal balik pada berbagai barang. Ini disambut dengan kelegaan besar oleh pelaku bisnis dan investor yang telah lama dihantui ketidakpastian. Namun, di balik berita baik mengenai tarif, ada satu isu strategis yang detailnya masih samar dan menjadi perhatian serius: masa depan pasokan Mineral Langka Perjanjian Dagang (Rare Earth Elements / REE).

Tiongkok, yang menguasai mayoritas produksi dan pemrosesan REE dunia, telah lama menggunakan mineral ini sebagai “senjata pamungkas” dalam perselisihan geopolitik dan perdagangan. Meskipun laporan awal mengindikasikan bahwa Tiongkok setuju untuk menunda pembatasan ekspor baru terhadap REE selama satu tahun, perjanjian tersebut tidak memberikan rincian yang jelas mengenai mekanisme pengawasan, volume pasokan yang dijamin, atau bagaimana AS dapat mengurangi ketergantungannya di masa depan. Ketidakjelasan ini menunjukkan bahwa meskipun tarif mereda, isu strategis terkait pasokan material kritis tetap menjadi teka-teki.

 

Mengapa Mineral Langka Begitu Penting?

 

Untuk memahami mengapa isu Mineral Langka Perjanjian Dagang ini menjadi begitu krusial, kita harus melihat peran REE dalam ekonomi dan pertahanan modern.

 

Komponen Vital Teknologi Tinggi

 

Mineral langka adalah sekelompok 17 elemen kimia yang tidak benar-benar langka di kerak bumi, tetapi jarang ditemukan dalam konsentrasi yang ekonomis untuk ditambang dan diproses. REE adalah material penting untuk hampir semua teknologi modern, termasuk:

  • Energi Hijau: Magnet permanen untuk turbin angin, motor kendaraan listrik (EV), dan baterai.
  • Elektronik Konsumen: Smartphone, layar TV, dan kamera digital.
  • Pertahanan: Sistem panduan rudal, jet tempur F-35, satelit, dan peralatan militer canggih AS.

 

Dominasi Tiongkok

 

Tiongkok saat ini mendominasi tidak hanya penambangan REE tetapi juga pemrosesan dan pemurniannya, menguasai sekitar 80% rantai pasokan global. Dominasi ini memberikan Beijing kekuatan tawar-menawar yang luar biasa. Ancaman pemotongan ekspor REE oleh Tiongkok dapat melumpuhkan rantai pasokan otomotif dan pertahanan AS dalam hitungan bulan. Inilah mengapa ketidakjelasan detail REE dalam perjanjian dagang ini adalah red flag bagi Washington.

 

Konsesi Tarif dan Barter Strategis

 

Perjanjian dagang yang disepakati oleh kedua negara memuat beberapa konsesi signifikan.

 

Reduksi Tarif Timbal Balik

 

AS setuju untuk mengurangi separuh tarif 20% yang dikenakan pada barang-barang tertentu Tiongkok, termasuk yang terkait dengan bahan baku fentanyl. Sementara itu, Tiongkok setuju untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS, terutama kedelai, yang merupakan komitmen politik penting bagi basis dukungan Presiden AS.

 

Penundaan, Bukan Resolusi

 

Mengenai Mineral Langka Perjanjian Dagang, kesepakatan yang dicapai adalah penundaan satu tahun atas kebijakan kontrol ekspor baru oleh Tiongkok. Meskipun penundaan ini mengurangi tekanan langsung pada industri AS, penundaan tersebut tidak menghapus kontrol yang sudah ada atau mengatasi masalah fundamental ketergantungan. Para analis mencatat bahwa ini adalah taktik Tiongkok yang cerdas: memberikan kelonggaran waktu tanpa kehilangan pengaruh strategisnya. Tiongkok masih mempertahankan kartu as REE di tangan mereka.

 

Ketidakjelasan dan Risiko di Masa Depan

 

Detail yang tidak jelas mengenai REE menciptakan risiko jangka menengah dan panjang bagi AS.

 

Ketergantungan pada Goodwill Beijing

 

Tanpa mekanisme perjanjian yang ketat dan terperinci, pasokan REE AS secara efektif bergantung pada goodwill dan situasi politik di Beijing. Jika terjadi eskalasi ketegangan geopolitik di masa depan (misalnya, terkait Taiwan atau Laut China Selatan), Tiongkok dapat dengan cepat mencabut penundaan ekspor tersebut, meninggalkan industri AS dalam keadaan yang sangat rentan.

 

Peluang dan Tantangan Diversifikasi

 

Ketidakpastian ini mempercepat upaya AS untuk mendiversifikasi rantai pasokan REE-nya, baik melalui onshoring (pengembangan tambang dan pemrosesan di dalam negeri) maupun melalui aliansi dengan negara-negara lain (seperti Australia, Kanada, dan potensi di Asia Tenggara). Namun, membangun kembali rantai pasokan pemrosesan REE, yang didominasi Tiongkok selama puluhan tahun, adalah upaya yang membutuhkan waktu bertahun-tahun dan investasi miliaran dolar.

Kesepakatan dagang yang menenangkan pasar dengan pemangkasan tarif adalah hal yang positif, tetapi kegagalan untuk mencapai detail yang ketat mengenai Mineral Langka Perjanjian Dagang menunjukkan bahwa akar masalah persaingan strategis AS-Tiongkok masih belum tersentuh. Selama Tiongkok mendominasi pasokan material yang penting untuk pertahanan dan transisi energi global, Beijing akan selalu memegang kendali yang kuat dalam perundingan.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh paus empire

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *